Selaiknya cerita yang dimulai dengan Prolog, maka harus diakhiri pula dengan Epilog. Ini adalah semacam kewajiban yang tak tertulis bagi para penulis.
Jika kamu belum tahu, prolog menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan pembukaan atau pendahuluan dari suatu sandiwara, musik, pidato, dan sebagainya.
Jika kamu belum tahu, prolog menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan pembukaan atau pendahuluan dari suatu sandiwara, musik, pidato, dan sebagainya.
Sedangkan epilog, menurut KBBI adalah bagian penutup pada karya sastra,
yang fungsinya menyampaikan inti sari cerita atau menafsirkan maksud
karya itu oleh seorang aktor pada akhir cerita.
Oke, sebenarnya definisi seperti ini tidak terlalu dibutuhkan. Eheheh..
Mari baca ceritaku!
***
Hari telah berlalu, perjalanan KKL telah usai. Masing-masing dari kami menyeret kaki-kaki yang telah lunglai untuk kembali ke kos atau rumah yang sudah ditinggali selama satu pekan.
Oke, sebenarnya definisi seperti ini tidak terlalu dibutuhkan. Eheheh..
Mari baca ceritaku!
***
Hari telah berlalu, perjalanan KKL telah usai. Masing-masing dari kami menyeret kaki-kaki yang telah lunglai untuk kembali ke kos atau rumah yang sudah ditinggali selama satu pekan.
Kehidupan normal kembali dilanjutkan.
KKL, yang telah kami lakukan di akhir Desember 2018 telah ditutup dengan manis.
Apabila masuk bulan Januari 2019, aku sudah resmi menjadi mahasiswa semester delapan. Di semester ini banyak yang berbeza dari sebelumnya. Begitu timpang dengan apa yang terjadi di semester tujuh.
Apabila masuk bulan Januari 2019, aku sudah resmi menjadi mahasiswa semester delapan. Di semester ini banyak yang berbeza dari sebelumnya. Begitu timpang dengan apa yang terjadi di semester tujuh.
Di semester delapan, aku baru saja memulai mengerjakan skripsi (lagi).
Di sisi lain, ada teman yang telah memulainya sejak semester sebelumnya. Ada pula teman yang masih berkutat pada beberapa mata kuliah yang harus diulang agar mendapat nilai yang lebih baik. Ada lagi yang lebih menyedihkan, depresi dan kabur dari perkuliahan. Hingga cerita ini ditulis, aku masih tidak tahu kabar teman tersebut. Ia menghilang bak ditelan bak mandi.
Di semester delapan, sebuah sabda dari kakak tingkat terbukti.
"Kuliah itu berbeda dengan sekolah. Sekolah kita akan bersama-sama, sedangkan kuliah itu cenderung sendiri-sendiri."
Yaa, aku betul merasakan itu di semester delapan.
Datang ke kampus, aku hanya mendapati diri sendiri. Tidak ada (jarang) lagi teman satu angkatan yang aku temui. Kebanyakan hanya adik tingkat yang aku jumpa, mayoritas aku tidak mengenal mereka. Tetapi, mereka mengenaliku.Aku ini terkenal loh di kampus, wkwkk.
Datang ke kampus, aku hanya mendapati diri sendiri. Tidak ada (jarang) lagi teman satu angkatan yang aku temui. Kebanyakan hanya adik tingkat yang aku jumpa, mayoritas aku tidak mengenal mereka. Tetapi, mereka mengenaliku.
Aku betul-betul kesepian, merasa seperti orang asing di kampus sendiri.
Sekalinya ketemu teman satu angkatan di kampus, walau hanya bertemu tiga hingga empat orang, senangnya bukan main. Seolah-olah sudah tidak bertemu puluhan tahun.
"Hey, apa kabar. Sudah lama ndak jumpa!"
Kalimat seperti ini sering betul aku katakan ke teman yang aku temui di kampus, saking betul-betul aku merasa kesepian.
"Hey, apa kabar. Sudah lama ndak jumpa!"
Kalimat seperti ini sering betul aku katakan ke teman yang aku temui di kampus, saking betul-betul aku merasa kesepian.
Dan ternyata, hal ini tidak hanya dirasakan oleh diriku saja. Namun teman yang lain juga begitu.
Saat itu, masih di semester delapan bulan Januari. Fikiranku masih terngiang-ngiang dengan apa yang baru saja dilewatkan, yang mungkin tidak dapat diulang kembali. Salah satu momen terbaik bagiku ketika menjadi mahasiswa.
Baru satu bulan lalu aku merasakan kebersamaan dengan teman-teman satu angkatan, kini telah sibuk pada urusannya masing-masing.
KKL, bagiku begitu berkesan. Untuk mencapainya penuh perjuangan.
Walaupun pada dasarnya KKL adalah kegiatan mengunjungi industri untuk mendapat insight yang baru dari sana.
Harapannya adalah kami tidak hanya mengetahui dari teori yang didapat dari bangku kuliah saja, namun dapat melihat keadaan secara langsung. Kenyataannya, kunjungan ke perusahaan hanya dua hari, sisanya adalah perjalanan wisata.
Hal yang banyak diingat, malahan dari perjalanan wisatanya. Bukan dari kunjungan industrinya.
Dasar aku! :(
Baca juga :
Dalam perjalanan KKL ini, telah banyak pelajaran yang aku dapatkan. Banyak sekali hal-hal baru yang aku temui.
Pertama, aku belajar bagaimana mencari dan mengelola uang.
Untuk berangkat KKL, dibutuhkan uang yang tidak sedikit. Aku harus menabung sejak semester dua. Setelah di tengah perjalanan dirasa tidak akan cukup jika hanya mengandalkan uang tabungan, aku memutuskan cara lain. Uang tabunganku aku gunakan sebagai modal usaha, dan alhamdulillah aku berhasil membayar KKL.
Perjuangan ini cukup berat, dan menurutku patut dikenang.
Kedua, aku menyadari berbagai hal yang sebelumnya tidak-aku-sadari.
Negara kita sangat kaya akan budaya dan bahasa. Sehari-hari, aku hanya mendengar orang berkomunikasi dengan bahasa di daerahku; Bahasa Melayu Palembang, atau Bahaso Plembang.
Ketika aku telah sampai di Jakarta, aku mendengar sopir taksi bandara berbicara dengan temannya menggunakan Bahasa Betawi dengan aksen yang khas seperti di film Si Doel.
Ketika berada di Bandung, mendengarkan urang Sunda berbicara dengan bahasa yang mengalun-alun lagi berirama, "Teteh teh mau ngeteh, teh!"
Pun ketika di Jawa, (Jakarta dan Bandung bukan di Pulau Jawa, kan wkwk) aku mendapati ibu-ibu pedagang berbicara dengan begitu medhok.Padahal aku orang Jawa juga, tapi tidak medhok dan tidak bisa berbahasa Jawa. Hiksss :((
Ketiga, banyak hal baru yang aku lihat.
Aku yang seumur-umur tidak pernah kemana-mana (paling jauh cuma ke kampus yang jaraknya sekitar 40 km dari rumah), begitu excited akan hal ini. Kalau dalam Bahaso Plembang, mungkin disebut jogol. Awkwkowk.
Aku belum pernah naik pesawat, belum pernah naik bus antar kota yang nyaman dan full AC (tau nya hanya bus kota yang ugal-ugalan), belum pernah melihat gedung-gedung tinggi bertingkat berbaris sepanjang jalan, belum pernah melihat pantai dan laut secara nyata.
Intinya, aku belum pernah keluar kandang dan baru kali ini melihat dunia luar yang sangat beda dalam bayanganku.
Di KKL ini aku melihat secara nyata, yang sebelumnya hanya bisa dilihat dari televisi atau internet.
As you know, untuk berangkat KKL saja aku kesulitan dana. Sebenarnya, aku membayar KKL ini juga tidak penuh. Mendapat sedikit subsidi alias diskon. Biaya KKL seharunya adalah Rp 3.850.000, namun aku boleh membayar Rp 3.100.000. Tidak punya uang lagi, mau bagaimana.
Maka, tersebab hal-hal tersebut di atas, memutuskan aku untuk mengabadikan momen penting itu. Momen kebersamaan bersama teman-teman, momen perjuangan, dan momen hal-hal yang baru.Aku mengabadikannya, tidak seperti orang mainstream yang hanya melalui media foto. Aku memutuskan melalui jalur lain; menulis di Blog. Maka aku akan bisa bercerita secara detail.
Apabila suatu saat aku kembali merindukan teman-teman kuliahku, aku bisa kembali membaca tulisan-tulisan ini.
Kenapa harus menulis?
Aku rasa, kamu sudah menemukan jawabannya dari paragraf di atas.
Well, ketika aku menulis kisah perjalanan KKL ini, dua puluh episode telah aku abadikan di Blog (kebanyakan bersifat fiksi, tidak nyata nan penuh khayalan wkwwk) terkadang kenangan-kenangan itu muncul di kepala.
Untuk berangkat KKL, dibutuhkan uang yang tidak sedikit. Aku harus menabung sejak semester dua. Setelah di tengah perjalanan dirasa tidak akan cukup jika hanya mengandalkan uang tabungan, aku memutuskan cara lain. Uang tabunganku aku gunakan sebagai modal usaha, dan alhamdulillah aku berhasil membayar KKL.
Perjuangan ini cukup berat, dan menurutku patut dikenang.
Kedua, aku menyadari berbagai hal yang sebelumnya tidak-aku-sadari.
Negara kita sangat kaya akan budaya dan bahasa. Sehari-hari, aku hanya mendengar orang berkomunikasi dengan bahasa di daerahku; Bahasa Melayu Palembang, atau Bahaso Plembang.
Ketika aku telah sampai di Jakarta, aku mendengar sopir taksi bandara berbicara dengan temannya menggunakan Bahasa Betawi dengan aksen yang khas seperti di film Si Doel.
Ketika berada di Bandung, mendengarkan urang Sunda berbicara dengan bahasa yang mengalun-alun lagi berirama, "Teteh teh mau ngeteh, teh!"
Pun ketika di Jawa, (Jakarta dan Bandung bukan di Pulau Jawa, kan wkwk) aku mendapati ibu-ibu pedagang berbicara dengan begitu medhok.
Ketiga, banyak hal baru yang aku lihat.
Aku yang seumur-umur tidak pernah kemana-mana (paling jauh cuma ke kampus yang jaraknya sekitar 40 km dari rumah), begitu excited akan hal ini. Kalau dalam Bahaso Plembang, mungkin disebut jogol. Awkwkowk.
Aku belum pernah naik pesawat, belum pernah naik bus antar kota yang nyaman dan full AC (tau nya hanya bus kota yang ugal-ugalan), belum pernah melihat gedung-gedung tinggi bertingkat berbaris sepanjang jalan, belum pernah melihat pantai dan laut secara nyata.
Intinya, aku belum pernah keluar kandang dan baru kali ini melihat dunia luar yang sangat beda dalam bayanganku.
Di KKL ini aku melihat secara nyata, yang sebelumnya hanya bisa dilihat dari televisi atau internet.
As you know, untuk berangkat KKL saja aku kesulitan dana. Sebenarnya, aku membayar KKL ini juga tidak penuh. Mendapat sedikit subsidi alias diskon. Biaya KKL seharunya adalah Rp 3.850.000, namun aku boleh membayar Rp 3.100.000. Tidak punya uang lagi, mau bagaimana.
Maka, tersebab hal-hal tersebut di atas, memutuskan aku untuk mengabadikan momen penting itu. Momen kebersamaan bersama teman-teman, momen perjuangan, dan momen hal-hal yang baru.Aku mengabadikannya, tidak seperti orang mainstream yang hanya melalui media foto. Aku memutuskan melalui jalur lain; menulis di Blog. Maka aku akan bisa bercerita secara detail.
Apabila suatu saat aku kembali merindukan teman-teman kuliahku, aku bisa kembali membaca tulisan-tulisan ini.
Kenapa harus menulis?
Aku rasa, kamu sudah menemukan jawabannya dari paragraf di atas.
Well, ketika aku menulis kisah perjalanan KKL ini, dua puluh episode telah aku abadikan di Blog (kebanyakan bersifat fiksi, tidak nyata nan penuh khayalan wkwwk) terkadang kenangan-kenangan itu muncul di kepala.
Aku mengingat bagaimana pertama kali dinyatakan diterima sebagai mahasiswa.
Aku mengingat bagaimana pertama kali mengikuti Ospek, kemudian berkenalan dengan teman-teman baru.
Aku mengingat bagaimana pertama kali mengikuti pelatihan organisasi di kampus, hingga jurit malam, dan sebagainya.
Kenangan-kenangan itu perlahan-lahan muncul, menari-nari di atas kepala.
Sejujurnya, ketika aku menuliskan cerita ini. Air mataku telah berlinang, hampir tumpah.
Namun, bukan karena sedih ataupun terharu. Melainkan karena mataku perih, kaca mata yang biasa aku pakai telah patah.
Maka aku menggunakan kacamata lama, yang ukuran minusnya sudah tidak sesuai. Awkwkwokwk.
Sampai jumpa teman-temanku..
Aku akan merindukan kalian!
Kenangan-kenangan itu perlahan-lahan muncul, menari-nari di atas kepala.
Sejujurnya, ketika aku menuliskan cerita ini. Air mataku telah berlinang, hampir tumpah.
Namun, bukan karena sedih ataupun terharu. Melainkan karena mataku perih, kaca mata yang biasa aku pakai telah patah.
Maka aku menggunakan kacamata lama, yang ukuran minusnya sudah tidak sesuai. Awkwkwokwk.
Sampai jumpa teman-temanku..
Aku akan merindukan kalian!
Foto ketika Ospek |
Foto Angkatan |