Cinta Tak Pernah Tepat Waktu
Memasuki bulan
Februari, yang katanya bulan Cinta, marilah kita membahas tentang cinta-cintaan.
#Eaakk.
Apa yang
hendak aku bahas? Sebuah novel lama, terbitan pertama di tahun 2005 bulan Mei.
Karya Om Puthut Ea, berjudul Cinta Tak Pernah Tepat Waktu.
(Oh yaa, buku yang aku baca adalah cetakan kedelapan, terbitan tahun 2019,
diterbitkan oleh Buku Mojok).
Jujur, kesan
awal membaca novel ini, aku merasa kasihan dengan tokoh “Aku” di novel
tersebut. Terkadang memaki-maki dalam hati kepada si tokoh tersebut, “Geblek!
Kok elu gitu, sih!”
Namun,
beberapa detik setelah memaki, aku baru sadar akan suatu hal. Tokoh “Aku”
adalah aku. Penggambaran aku sendiri (atau mungkin kita semua?). Seorang “sad
boy” yang selalu gagal dalam percintaan! :((
Cerita berawal
dari sebuah pesta seorang teman. Tokoh “Aku” tiba-tiba didatangi oleh seorang
perempuan. Awalnya nampak misterius. Tidak jelas. Namun, setelah ditelaah lebih
lanjut, si perempuan adalah mantan pacarnya, yang kini telah bersuami. Dan “Aku”,
nampaknya masih memiliki rasa cinta terhadap perempuan itu. Namun apalah daya,
si perempuan sudah menjadi istri orang.
Entah apa yang
memotivasi si perempuan untuk kembali menggoda “Aku”. Menanyakan apakah “Aku”
sudah punya pacar lagi, atau masih sendiri. Apakah sedang bahagia atau tidak. Pertanyaan-pertanyaannya
seolah mengejek. Waduh. Menurutku, perempuan itu jahad sekali, sih.
Setelah agak
lama si perempuan mengganggu, teleponnya berdering. Si suami menelpon,
mengatakan bahwa ia telah menunggu di depan. Tanda hendak pulang. Kemudian, si “Aku”
bertanya kepada si perempuan. Kenapa suaminya tidak masuk ke sini saja, menemui
mereka berdua. Si perempuan menjawab, bahwa suaminya sangat cemburu kepada “Aku”.
Benar-benar
perempuan yang aneh, kan!
Tak berselang
lama, masih di pesta yang sama, “Aku” kembali didatangi oleh perempuan yang
lain lagi. “Boleh pinjam apinya?” kata si perempuan, seraya hendak menyalakan
rokok kemudian menghisapnya dalam-dalam.
Dan ketika
berbasa-basi dengan si perempuan yang meminjam korek, “Aku” kembali dibuat
terkejut. Dia tidak pernah mengenalnya, namun si perempuan bisa tahu beberapa
hal detail tentang hidupnya. Dan dengan agresif, si perempuan mengajak “Aku”
untuk berjalan-jalan mengelilingi kota Jakarta.
Perempuan
agresif ini, membuat “Aku” sangat tidak nyaman.
Lanjut lagi. “Aku”
diperkenalkan dengan perempuan lain oleh ibunya. Tidak cocok lagi. Padahal si
perempuan nampaknya sudah suka.
Beralih ke perempuan
lain yang “Aku” temui, si perempuan sudah cocok. Ada yang sampai mengajak
nikah. Si “Aku” masih tidak mau.
Di sini lah
aku mulai memaki. Kenapa dia tidak terima saja. Mau mencari seperti apa, sih.
Tapi yaa namanya cinta, tidak bisa dipaksakan. Si perempuan mau, laki-lakinya
tidak mau. Atau sebaliknya, si laki-laki sudah kesengsem, tapi perempuannya
tidak menginginkan. Tidak jadi pula suatu hubungan.
Setelah
melewati banyak perempuan, yang tentu saja ditolak mentah-mentah oleh “Aku”.
Terungkap suatu fakta kenapa hal ini bisa terjadi. Rasa cinta terhadap sang mantan
(perempuan yang ada di awal), belumlah sirna. Tokoh “Aku” mau menyembuhkan rasa
itu dahulu. Menyelesaikannya. Baru kemudian menjalin hubungan dengan perempuan
baru. Percuma saja ketika menjalin hubungan baru, tapi yang ada di hati adalah
orang yang lama. Hubungan itu akan menyakitkan.
(SOK IYES BANGET GUE HAHAHA!)
Dan yaa, dari
novel ini aku merasa cinta datang benar-benar tak tepat waktu. Ada yang kita
cinta, ternyata dia sudah ada yang punya. Ada orang yang cinta kepada kita, tetapi
di hati kita masih ada orang lain yang nun jauh di sana. Namun, orang itu pun
tidak cinta kita. Benar-benar sulit nampaknya, mencari ketepatan waktu dalam
bercinta!
Tags:
Opini
6 komentar
Yaaahhh... Mencintai seseorang yang belum selesai dengan masa lalunya biasanya bikin terluka sendiri sih.
BalasHapusJodoh juga kadang2 datang mendadak. He he ... Selamat malam, ananda.
BalasHapuspadahal bisa loh pindah ke lain hati
BalasHapussaya dulu juga gitu, suka ke cewek, tapi ga jodoh
ya nikahnya sama cewek lainnya lagi, dan bisa2 saja mencintai cewek tsb sebagai istri
tapi ya gitu, asalkan cewek yang baru lebih baik dari cewek yang disukai sebelumnya
Jadi pengen beli novelnya juga kayaknya genrenya ringan tapi bikin kena
BalasHapuswah sepertinya ceritanya menarik, apalagi penulisnya ketua suku mojok
BalasHapuscinta ooo cinta di mana kamu??
BalasHapus