Mecca, I’m Coming!
Ketika sedang menjalani isoman, aku sengaja membawa empat buku ke kamar karantina. Tujuannya adalah agar tidak bosan. Hanya dua buku yang akan aku review. Buku pertama adalah novel karya Kang Salamun Ali Mafaz berjudul Mecca, I’m Coming! Sedangkan buku kedua, The Untold Islamic History, karya dari Bang Edgar Hamas. Keduanya menggunakan Bahasa Inggris sebagai judulnya, namun percayalah, isinya tetap Bahasa Indonesia, kok.
Oke, langsung saja. Mari kita mulakan!
Mecca, I’m Coming!
Buku ini adalah novel yang aku beli di toko buku Gramedia saat diskon! Hehehe.
Pertama kali mengetahui novel ini, sebenarnya dari Youtube beberapa tahun yang lalu. Saat itu ada video promosi menayangkan trailer film dengan judul yang sama. Dan aku berencana menontonnya di bioskop. Beberapa hari setelah itu, ketika hendak berangkat ke bioskop, tiba-tba batal. Ada kerjaan lain alias ado gawe (Orang Palembang sering bilang gitu š).
Maka, aku berencana untuk menontonya pekan depan lagi saja.
Ketika pekan depan tiba, ternyata filmnya sudah tidak tayang lagi. Wokwowkwokkwk.
Sedih sekali, bukan!
Singkat cerita, ketika sedang berjalan-berjalan di Gramedia, dan melihat rak buku diskon. Aku melihat judul buku yang sama dengan film yang batal aku tonton. Fiks, tanpa pikir panjang aku langsung ambil itu buku!
(Tentu saja tetap membayar, bukan cuma ambil lalu bawa pulang, itu namanya mencuri hehe)
Bagaimana kesan terhadap buku ini?
Menurutku di bab-bab awal terkesan agak lambat, membosankan dan sukar difahami. Aku sampai membaca dua kali untuk bab-bab awal. Setelah itu baru faham maksud ceritanya, “Ooh ini toh isinya..”
Novel ini, bisa jadi sangat related dengan kehidupan masyarakat pinggiran kota hingga pedesaaan. Intinya, cerita mengenai seseorang yang tertipu biro perjalanan haji. Kalau kita yang menjadi korban, pasti sangat sedih. Mengumpulkan uang bertahun-tahun, eh tiba masanya, malah tertipu.
Oh yaa, walaupun cerita ini terkesan sedih, penulis mengemasnya dengan gaya komedi. Jadi seolah-olah kita menertawakan kegetiran orang lain.
Cerita diawali dengan masyarakat yang menyambut kepulangan Pak Soleh, Pak “Haji” Soleh. Beliau sangat bangga akan “gelar” hajinya tersebut. Padahal, mah, haji itu ibadah. Tidak perlu dijadikan gelar. Kalau mau pasang gelar ibadah, harusnya juga pasang gelar Sholat, Zakat, Puasa, Infaq, Shodaqoh, Wakaf, dll. Wkwkwk.
Eh, nggak. Bercanda. Mungkin saja, kebiasaan ini karena dianggap untuk ber-haji itu susah. Butuh biaya yang tidak sedikit, jadi diberi semacam penghormatan.
Well, kalau aku nanti sudah berhaji (aamiin kenceng banget), aku tidak mau menambahkan gelar haji di depan namaku, atau dipanggil Pak Haji. Tidak mau!
Okey, kenapa jadi ngelantur. Mari balik ke cerita.
Haji Soleh adalah ayah dari Eni, gebetannya si Eddy. Haji Soleh tidak merestui hubungan mereka, dan lebih memilih untuk menjodohkan Eni dengan Pietoyo, anak orang kaya kampung sebelah (Eddy pekerjaannya hanya tukang bengkel kampung, jadi agak dipandang sebelah mata, sedangkan Pietoyo masa depannya dianggap cerah).
Singkat cerita, Eni-nya mau dengan Eddy, dia tidak mau dengan jodoh pilihan bapaknya si Pietoyo. Edi pun datang menemui Haji Soleh dan mengatakan ingin melamar anaknya. Haji Soleh mengajukan syarat yang berat; Eddy harus “bergelar” Haji dulu, baru bisa ia menerima lamaran terhadap anaknya.
Syarat ini, nampaknya sulit dipenuhi. Sebab kita tidak bisa daftar hari ini langsung berangkat tahun ini juga. Tidak bisa. Kita harus antre beberapa tahun. Tiap-tiap provinsi punya masa antre berbeda. Rata-rata lebih dari sepuluh tahun. Bahkan, ada beberapa provinsi yang masa antrenya mencapai dua puluh tahun!
Balik ke cerita lagi, Eddy dengan yakin berkata kepada Haji Soleh, “Seandainya saja saya jadi naik haji ke Mekkah, apa saya boleh melamar Eni?”
Sebagai informasi, ketika Eddy datang, Pietoyo juga sedang berada di rumah Haji Soleh. Pietoyo menertawakan tanda meremehkan Eddy.
Apa yang terjadi selanjutnya?
Eddy nekat menjual bengkelnya dan menggunakannya untuk berangkat haji. Kemudian mencari biro perjalanan haji. Jawabannya bagaimana? Tentu saja dia ditolak mentah-mentah oleh biro tersebut. Mana mungkin mau berangkat haji di tahun ini. Mustahil!
Ketika keluar dari ruko biro perjalanan haji dan menuju halaman parkir, Eddy disapa oleh tukang parkir di sana, “Gagal berangkat haji ya mas?” Eddy hanya mengangguk lesu.
Dengan cepat, tukang parkir tersebut menyerahkan sebuah kartu nama, mengatakan kalau temannya bisa membantunya untuk berangkat haji di tahun ini. Di kartu nama tersbut tertulis Second Travel Amri, 08xxxxx.
Apakah Eddy tertarik dengan kartu nama tersebut? Jawabannya terntu saja tertarik, saudara-saudara. Hahaha!
Eddy akhirnya bertemu dengan Amri dari Second Travel. Dan tanpa pikir panjang, langsung menyerahkan sejumlah uang kepada Amri.
Jujur, aku ketika membaca bagian ini merasa miris. Mungkin saja cerita ini benar-benar terjadi. Pasti banyak Eddy-Eddy lain yang tertipu.
Eddy akhirnya mengumumkan keberangkatannya ke Tanah Suci. Dia mengadakan semacam acara syukuran. Seluruh warga kampung melepas kepergiannya. Eddy dijemput dengan mobil travel yang mengantarkannya ke hotel di Jakarta. Menurut info dari Amri, Eddy menginap dulu satu malam di sana. Baru keesokkan harinya, akan diantar ke Bandara Soekarno Hatta untuk diterbangkan langung menuju Jeddah.
Di esok hari, ya begitulah. Tidak ada bus yang mengantarkan ke Bandara Soetta. Sedangkan Eddy tertipu. Ia akhirnya sadar bahwa ia telah tertipu.
Kemudian, ia berkenalan dengan Fajrul. Sesama calon jamaah haji yang tertipu oleh Amri.
Eddy dan Fajrul resmi menjadi gelandangan di Jakarta.
Skip Skip Skip..
Mereka mencari kerja dan akhirnya dapat. Mereka bekerja di pasar, Eddy bekerja dengan Haji Rojak, pemilik toko oleh-oleh perlengkapan haji, sedangkan Fajrul bekerja dengan Pak Somad, pemilik studio cuci cetak foto.
Dan ternyata, para pedagang di pasar tersebut juga banyak yang dulunya tertipu, batal berangkat haji.
Coba tebak bagaimana klimaksnya? Ternyata Haji Soleh; Bapaknya si Eni (gebetannya Eddy), juga tertipu biro perjalanan haji. Dia sebenarnya belum berangkat ke Mekkah dan Haji Rojak mengenalnya (karena sama-sama sempat tertipu).
Apalagi yang lucu? Haji Soleh, eh, Pak Soleh berfoto di studio milik pak Somad, dan minta sekalian di-edit menggunakan Photoshop agar dikira beneran berangkat haji. Beliau malu kepada warga untuk mengakui bahwa telah tertipu. Jadi disebarkanlah foto yang seolah-olah berada di Tanah Suci.
Ini, asli beneran kocak banget, sih. Hahahaa.
Bagaimana kelanjutan cinta Eddy dan Eni? Apakah bapaknya tetap memilih Pietoyo?
Silahakan baca bukunya sendiri! Eheehe.
(Review Buku The Untold Islamic History akan ada di postingan selanjutnya, insyaa Allah!)
Tags:
Opini
17 komentar
Syarat yang terlalu berat untuk menikahi putri Pak Haji. Selamat pagi Mas Joe. Terima kasih telah berbagi
BalasHapusSama sama bunda, heheheh
HapusDodooooo, aku jadi tertarik nih cari bukunyaaa hahahah. Kocak sih kayaknya, bukan berarti mentertawakan orang2 yg tertipu ini yaaa. Aku melihat lucunya dari sisi orang yg ngebeeeeet bangettt pengen dipanggil pak/Bu haji, tapi ternyata dia sendiri juga tertipu dan malah mau nipu orang kampungnya dengan memphotoshop foto2 seolah sedang di tanah suci. Hadeuuuuuh dari awal aja kliatan tujuannya pengen haji supaya dpt gelar dan disegani š¤.
BalasHapusSamaaa do, kalo aku naik haji nanti, ga bakal aku mau dipanggil bu haji.ngapaain, itu ibadah kok. Bukan suatu yg harus dibanggakan.
Iya ahahah, jangan2 orang yg seperti itu banyak banget yaa mbak. Ngebet pengen dipanggil "Pak Haji". Kalo gitu, aku dipanggil "Pak Solat" aja karena tiap hari sholat hahahaah
HapusApa kabar pak sholat Dodo? š
Hapuswkwkwk konyol sih menurutku ceritanya, hanya karna pengen nikahin anak pak haji soleh rela jual bengkel mobil, tapi ahirnya malah ketipu, dan terungkap juga pak haji soleh juga ketipu dan belum haji :D
BalasHapusWkwkwkk aseli konyol brother
HapusSekarang sudah pulih kembali kan Do?
BalasHapusBukunya sepertinya menarik, filmnya jd berjudul Mekah, I'm coming sudah tayang di salah satu stasiun TV swasta dan beberapa hari lalu ada re-runnya. Lumayan menghibur sih, kocak juga
Udah mba...
HapusItu aku kena covid 4 bulan yg lalu š¤£
Antara miris dan ngakak baca kisahnya, miris karena aku yakin memang banyak Edy Edy lain yang tertipu oleh travel haji abal-abal, sering aku baca berita nya di tivi.
BalasHapusLucunya ternyata pak haji Soleh juga belum berangkat haji karena tertipu juga.š
Berangkat haji sekarang lama ya Do, bisa sampai 20 tahun, berarti misalnya Dodo berangkat haji sekarang umur 20 tahun, umur 40 tahun baru dipanggil pak haji Dodo.š±
Panggil saya Pak Solat aja om hehehee
HapusBanyak fenomena orang-orang yang tertipu naik haji karena ulah oknum agent travel yang tidak bertanggung jawab. Bedanya dalam novel ini ceritanya diramu menjadi renyah, jenaka, dan satir, dan jadilah keren, sekeren review dari Mas Dodo... hehe
BalasHapusSiappp mas ehehe
Hapusbuku keren....
BalasHapusmantap tulisan reviewnya, sehingga hanyut membacanya
ššš
Belum ada update terbaru nya nih, balik lagi ah
BalasHapusbacanya aja aku udah ngebayangin suasana di kampung kalau orang orang berduit di kampung naik haji
BalasHapusdiarak keliling desa, pas pulang disambut mobil buanyakkk
keren nih bukunya, lucuuu gitu
wah penasaran sama bukunyaaaa...
BalasHapus