Culture Shock; Makanan
Hari ini adalah tanggal satu di bulan Ramadhan, dalam penanggalan Hijriyah. Puasa pertama. Jalan di dekat rumah kontrakan yang sejak dua pekan lalu kami tinggal di sana, sudah ramai oleh masyarakat yang berlalu lalang. Ada yang berjualan takjil, ada pula yang hendak membeli. Mencari makanan untuk buka puasa di waktu Maghrib nanti.
Selaiknya Ramadhan, apalagi puasa di hari pertama. Sudah semestinya kita berkumpul bersama keluarga, bersama ayah ibu dan para saudara. Itu yang biasanya aku lakukan di tahun-tahun sebelumnya. Namun, tidak untuk tahun ini. Ramadhan di hari pertama, malah buka puasa bersama teman-teman yang aku lakukan.
Tahun ini, Ramadhan di perantauan.
Itulah sebabnya, tidak bisa berbuka puasa dengan keluarga. Maka, buka puasa bersama teman adalah yang menjadi pilihan. Teman-teman satu batch yang menjadi “keluarga” untuk saat ini. Dan siapa tahu ke depan, beneran menjadi keluarga! #Ehh
Puk..Puk..Puk..
Udah, cukup cerita melow-nya. Sampai sini sahaja. Post kali ini tidak akan membahas hal yang mengharukan dan membuat kamu ikut menangis tersedu-sedu mengingat keluarga, yang banyak di antara kita, sudah tidak tinggal bersama lagi.
Hari ini aku mau cerita tentang makanan. Tentang kekagetanku mengenai rasa makanan di kota eh, kabupaten tempatku tinggal saat ini, yang ternyata berbeda dengan tempat kota asalku.
Muncul kekagetan dan perdebatan-perdebatan kecil yang tidak penting, khususnya ketika buka puasa bersama yang aku ceritakan di paragraf awal.
Jadi, apa saja makanan yang membuat aku kaget dan shock?
Mari kita coba!
Kerupuk
“Kerupuk di sini rasanya aneh. Kok bisa-bisanya, rasanya manis begini.” Aku berseloroh kepada teman ketika kami sedang menikmati hidangan di buka puasa hari pertama.
“Ndak, mas Dodo. Kerupuk kan memang gini rasanya,” seorang teman yang berasal dari Jawa Tengah mengatakan demikian.
Dua orang teman yang lain, yang berasal dari Jawa Timur, kemudian mencicipi kerupuk yang telah kami beli, “Ini nggak manis kok. Kerupuk memang begini. Tidak ada yang aneh dengan rasanya.”
Aku tetap ngotot kalu kerupuk yang aku makan rasanya manis. Teman-teman yang lain jadi ikutan mencoba mencomot kerupuk. Dan ternyata, ada yang sepakat denganku, “Iya, bener. Kerupuknya manis seperti kata Mas Dodo.”
Jadi, gimana kelanjutannya?
Perdebatan kami terhenti karena skor imbang. 5 vs 5. Lima mengatakan manis, 5 mengatakan tidak. Teman yang sepakat denganku, yang mengatakan kerupuk tersebut manis, adalah orang yang berasal dari Sumatera Selatan, Sumatera Barat dan Kepulauan Riau. Sedangkan teman-teman yang berasal dari Pulau Jawa, mengatakan kerupuknya tidak manis.
Sampai sekarang aku masih heran, kok mereka tidak dapat mendeteksi rasa manis pada kerupuk itu, yang menurutku, rasa manis itu menjadi sangat mengganggu.
Oh yaa, jawabannya simpel sebenarnya. Sebab orang-orang di Jawa, sering makan makanan dengan rasa yang cukup manis. Sedangkan makanan di Sumatera jarang yang manis.
Nasi Padang
Baru kemarin, aku membeli Nasi Padang untuk kepentingan insta story makan malam. Terakhir aku makan Nasi Padang sebelumnya, ketika aku baru saja sampai ke sini. Jujur, rasanya sangat-sangat mengecewakan. Kuah santan pada sayur nangkanya benar-benar hambar. Rasanya sangat aneh, seperti sayur nangka yang tidak layak konsumsi. Rasa makanannya tidak seperti sayur nangka yang sehari-hari ibuku masak di rumah.
Well, aku kapok membeli Nasi Padang di sini.
Kembali ke cerita Nasi Padang yang baru saja aku beli kemarin.
Dua hari yang lalu, aku melihat temanku membeli Nasi Padang. Katanya, Warung Nasi Padang di Jalan X itu enak dan harganya cukup wortid, dengan rasa yang lebih enak dari warung sebelumnya. Maka aku memutuskan untuk membeli juga.
Ketika dicoba, lagi-lagi aku menjadi kecewa. Kenapa rasanya seperti ini. Kuah sayur nangkanya kurang nendang, cenderung hambar. Nangkanya juga lebih keras daripada biasanya.
“Lha, mas Dodo gimana. Nasi Padang kan memang begini rasanya, tho? Nangkanya juga tidak keras, memang macam ini, laah.” Seorang teman menjelaskan kepadaku, dengan menirukan dialek bicaraku (yang sebenarnya dia tiru lebih mirip ke Melayu, bukan Palembang).
Bahwa di seluruh Pulau Jawa, rata-rata rasanya memang seperti ini. Kecuali kalau Nasi Padang yang mahal. Mungkin rasanya akan jauh lebih otentik. Dia melajutkan penjelasan.
Aku kembali menyanggah. Di kotaku dulu, Nasi Padang baik yang mahal maupun yang murah, rasanya relatif sama. Sepertinya aku akan kembali kapok makan Nasi Padang di sini.
Oh, yaa. Gini-gini, aku juga berdarah Minang, jadi mungkin punya standar yang tinggi untuk rasa Nasi Padang, hehe..
Nasi Uduk
Ketika di Jakarta, aku sangat terkejut dengan harganya. “Tiga belas rebu,” kata si ibu penjual dengan logat Betawi yang khas. Mahal sekali.
Padahal, di dekat rumahku, satu porsi Nasi Uduk (kalau di Palembang disebut Nasi Gemuk) hanya lima ribu rupiah, bahkan bisa tiga ribu rupiah jika tidak pakai telur.
Sambel Kacang
Salah satu pelengkap makanan yang baru kali ini aku jumpai. Secara tampilan mirip dengan kuah kacang pada sate atau siomay. Namun lebih encer, bahkan aku tidak merasakan rasa kacangnya. Aku juga tidak merasakan dimana rasa pedasnya, padahal katanya ini sambel kacang. Hehe.
Aku pertama kali mengenal Sambel Kacang dari Nasi Uduk seharga tiga belas ribu di atas. Ketika hendak selesai membungkus makananku, si ibu bertanya, “Mau pake sambel kacang atau sambel merah?”
Dan ternyata, lagi-lagi, tidak sesuai ekspetasi. Hihihii..
Kalo tau gitu, aku mendin pilih sambel merah.
Orek Tempe
Makanan ini sangat mudah dijumpai di Warteg. Bisa dikatakan, di sini aku pertama kali makan orek tempe. Walaupun sebenarnya ketika di Palembang ada makanan serupa. Namun namanya disebut Sambel Tempe. Isinya, potongan tempe kecil-kecil yang dikasih sambel. Namanya aja sambel tempe (?)
Selain tempe, isinya kadang ada kacang tanah dan juga teri.
Terkadang ada juga yang membuat makanan ini dengan hanya kacang tanah saja yang dikasih sambel. Namanya sambel kacang. Kacang yang disambelin (?)
Itulah sebab, ketika aku ditawari sambel kacang oleh si ibu penjual nasi uduk, aku punya ekspetasi yang berbeda. Hahaa.
Terakhir, mohon maaf jika gambar makanan-makannya tidak disertakan karena aku lagi malas, dan pembaca pada lagi puasa, kan.
Nanti kamu tergiur... 😁😋
Tags:
Cerita
59 komentar
Salah fokus ke foto bersamanya, yang cewek kanan kenapa diedit tuh om fotonya?
BalasHapusHayoo kenapa ya kira kira bang hehehe
Hapuskalau nasi padang, mau makan dimana aja, entah dibungkus atau makan ditempat, enyaknyaaaaa
BalasHapusapalagi kalau pas jam makan siang (sebelum puasa ya), meskipun dari segi harga emang agak mahal dibanding makan nasi campur warteg, tetep aja kuahnya itu lho yang bikin enak.
aku sampe heran
orek tempe ini aku sukakk, apalagi kalau cuman dicemilin hahaha
Tapi rasanya tetep aja, nasi padang du Jawa belum masuk, blm cocok dgn lidahku mbak hehehe
HapusEnak do kerupuk manis, soalnya saya kan suka yang manis-manis juga. 😁
BalasHapusYang tabah disana ya Do *pukpukpuk
Pernah coba masak sendiri Do? Biar makannya semangat.
Tapi bagus juga Do kalo rasa makanannya gak sesuai selera. Jadi makannya gak terlalu doyan, kalo udah gitu kan lumayan, kesempatan buat diet, kan bisa irit juga jadinya hihihi...
Malah jadinyo anrh menurutku mbak, kerupuk yg manis ini. Hahaha
HapusKalo masak dewek, sdh. Cuma masak nasi pake Magic com alias rais kuker 😀
Kalo masak yg laen, belum. Sebab kami belom punyo kompor, panci, dll. Agek lah besok besok insyaa allah 😀
Oalahhh kerupuk itu yaa, ak juga ngerasa kalau kerupuk itu ada rasa manisnya dikit sih.. Kadang aku campurkan denngan sambal agar rasa manisnya berubah jadi pedas, gatau kenapa di jawa jawa sambel kok dibikin manis ya, padahal pedas itu lebih membara..
BalasHapusAh yaaa, akhirnya ada jg yang satu tim denganku mengatakan kalo kerupuk di Jawa itu manis! 😀
HapusLuar biasa memang kuliner Indonesia, sangat kaya ya mas dodo.Beda daerah, beda rasa
BalasHapusIyaa... Indonesia negara yang kaya akan budaya 😀😀
HapusSehabis merantau lidah memang kudu menyesuaikan dengan makanan setempat. Saya juga waktu awal suka bingung dengan rasa-rasa yang tidak biasa. Tapi lama-lama demen juga makannya.
BalasHapusOh yaa... Lama lama terbiasa yaa mbak 😀
HapusLidahnya masih beradaptasi ya mas, aku dulu pas pertama merantau di jakarta malah merasa kalau banyak bgt makanan di jakarta ini hambar, seperti nasi goreng, bakso, apalagi mie ayam, nasi uduk pun rasanya pas2an.
BalasHapusUntuk cita rasa, lidahku tetap cocok dengan citarasa makanan purwokerto, tapi karna udah lama di jakarta jadi udah terbiasa sama makanan2 kaya begitu hahaha
Setuju... Di sini rasanya banyak yang serasa hambar
HapusBahahaha..
BalasHapusKerupuk palembang mah emnk nggk ada duanya yah..
Aku sndiri kalau kerupuk seringnya nyari yg ada rasa ikannya.. karena enakkk.. haha 😅
Btw, soal nasi uduk.. aku baru dnger sih nasi uduk nawarin 2 model sambel. Wkwk😂 soalnya biasanya cuma satu jenis..
Dan soal harga. Yapzz mahal disana tuh.. bahkan model nasi uduk kucingan alias cuma nasi doang aja udh kena 5000 satu bungkus,, di tempatmu 5000 udh lengkap lauk murah bnget ya.. Hhaah 😅😅
Iyaaa, waktu aky di tempat temen di Jakarta Timur, si ibu penjual menawarkan dua opsi sambel loh mas bayu haha
Hapusitu kerupuknya modelnya sama dengan yang biasa aku makan kok do. kayaknya nggak ada manis manisnya tuh. wkwk
BalasHapussoal harga mh emang jauh sih. tapi dulu kukira ketika tinggal di luar jawa, harganya bakal beneran mahal dua kali lipat, pas kami sampai di sana dan belum ada kompor kamipun pesan makanan online. harganya so so sih 50 rb buat bertiga. Jadi ya tergantung pilihan tempat makan juga kayaknya yaa.
Waah berarti mba Ghina masuk tim yg tidak merasakan manis pada kerupuk yaa 😀
HapusMakanan yang paling ngga perna salah adala nasi padang.
BalasHapuswkwkw
Tapo kalo di sini, menurutku rasanya salah. Hehehehee
HapusSebenarnya pengin protes tapi gimaana ya ..., sejurus kemudian aku juga memaklumi banyak makanan khas daerah tertentu ketika dijual di lain daerah,eh rasanya jadi berubah, hahaha ...
BalasHapusAlasan penjualnya disesuaikan sama selera lidah warga setempat, kalau dijual persis rasanya, katanya ngga laku.
Jadinya ya aneh sih memang rasanya seperti yang Dodo rasain 😀
Hoo yaaa masuk akal juga. Agak berbeda dgn daerah asal sebab ingin menyesuaikan lidah masyarakat setempat yaa kang 😀
HapusMenurutku kerupuk yang itu juga ada manis-manisnya Do 🤣 tapi aku udah terbiasa jadi enak-enak aja pas dimakan terutama pakai sambal 🤣
BalasHapusKalau menu masakan padang, katanya sih yang mahal-mahal memang lebih nampol tapi aku belum buktikan sendiri. Mungkin Dodo mau buktiin duluan? Wkwk
Soal nasi uduk, masih ada kok nasi uduk yang 5rebuan gitu Do. Harga makanan tergantung lokasi kalau di Jabodetabek wkwk
Wkwkwk kapan kapan deh kayaknya emang kudu coba makan dI Restoran Padang yang mahal, biar rasanya otentik 😀
HapusKalo di Jakarta, nasi padang yang enak itu g*ruda, s*rya, Pagi s*re, tapi harganyaaa.. Hehhehe.. Aku juga terganggu kalo ada makanan manis jadi pendamping untuk makan nasi.. Dulu pas pertama kali ke Yogya, aku diajak makan gudeg.. Katanya gudeg paling enak dan udah terkenal banget, tapi aku gak bisa makan karena rasanya manis banget.. Begitu pun nasi padang, semua manis.. Ujung2nya mampir ke tukang nasgor, kalo pun berhasil masuk perut karena udah kelaparan.. wkwkw.. besoknya malah ke malioboro dan beli hokben deh.. Bukan karena gak enak ya, tapi lidahku memang gak terbiasa makan makanan manis, dan mmakan cemilan manis2 aja gak terlalu suka, apalagi kalau harus disanding dengan nasi.
BalasHapusKalo Nasduk di tempat ayahku masih 5 ribuan, udah ada orek tempe sm bihun plus sambal n kerupuk.
kak naia...mbul juga suka padang garudaaaa..tapi emang itu termahal diantara yang lain...lainnya aku taunya sederhana hihiiii..tapi kalau tempatku yang enak itu oadang 45..tiada dua rasa masakannyooo
HapusRestoran yang disebut mbak Naia itu mah mahal mahal semua 😂😂😂
HapusTapi bolehlah, sesekali kalo lagi beneran kangen dengan Masakan Padang. Heeehe...
wkwkwk jangan salah Do, itu biasanya jatah makan suami di kantor, dia bawa pulang ke rumah karena inget sama istrinya.. kalo beli sendiri mah mikir2 dulu.. wkwkwk
HapusMbul: kalo sederhana malah aku kurang suka ya, entah.. hehehehe..
wow ada batch...sek..bentar..dirimu kutebak kerja di bank kah...jangan jangan bank syariaa hihihi
BalasHapuseh aku kemaren juga uda bahas sambel kacang encer tapi aku lebih ke bahasan risol yang dipakein sambal kacang encer...soalnya tempat asalku ya gorengan pake cabe doang..ga pake sambel kacang hahaha
kuaminkan deh..semoga salah satunya bisa menjadi bagian dari keluarga beneran..amiiiinnn...#lha hahhaahahhaha
Eeh, bukan kerja di bank kok mbak. Hehehehe 😊
Hapusmakanan yang paling kusuka, nasi padang, murah dan enak rasanya, tapi eits jangan terlalu di bayangkan, kan bulan puasa, he-he
BalasHapusTapi, lagi-lagi. Masakan Padang di Pulau Jawa, tidak sesuai ekspetasi hahahaa
HapusNasi Padang memang selalu menggugah selera. Rasanya ga pernah bosan karena fleksibel bisa dinikmati kapa aja hehehe. Di Jagakarsa masih banyak naspad paket 10K loh wkwkwkwk isinya lengkap cuma potongan daging rendang atau ayamnya ya kecil gituh hahah.. Buat pembeli yang uangnya pas2an atau berbagi dengan sesama, cocok ini :D
BalasHapusRasanya enqk g yaa mbak hhhaa
HapusGak semua orang Jawa masakannya cenderung manis, Doooo 🤣. Ngomong-ngomong keluargaku kalau masak cenderung asin. Bahkan ada beberapa masakan yang dimasak gak menggunakan gula sama sekali. Dan ini resep turun temurun dari mbah-mbahku, lho. Jadi jangan dikira masak tanpa gula ini eksperimenku sendiri. Hehehe. 🤣🤣🤣
BalasHapusTapi emang bener ada daerah di Jawa yang masakannya cenderung manis. Kalau gak salah Jogja deh. Aku pernah coba gudeg, dan kayaknya rasanya kurang pas di lidahku. Soalnya dia rasanya manis, sedangkan lidahku kebiasaan makan makanan asin. 🤭
Kalau nasi Padang, entah kenapa aku juga kurang sreg dengan masakan Padang yang dijual di rumah makan dekat daerahku tinggal, do. Sempat penasaran juga gimana rasa masakan Padang yang beneran asli dari Padang. Sampai akhirnya suami ajak aku makan di rumah makan Padang milik bapaknya temennya. Tempatnya daerah Sidoarjo sana, deket Juanda. Dan rasanya mantep banget. Uenak 😍. Terus suamiku bilang, ini yang masak (bapaknya temen suamiku) orang asli Padang. Jadi rasanya otentik. 🥰
Waa asyik tuh. Otentik yaa
Hapuswahh seru jugaa yahh bukber samaa teman-teman ngumpul bareng makan pakai beralaskan daun..hhehhe
BalasHapusapalagi samaa ituu tuhh nasi uduk duhh nikmatnyaa mas ditambah lagi dengan ayam goyeng + sambal nyaa wihhh mantull
Sayang nya kami ga pake daun. Melainkan kertas nasi 😀
HapusSelamat beradaptasi dengan makanan-makanan tidak familiar tapi rasanya enak Mas 😆
BalasHapushiiihihii
HapusDo, dirimu terbiasa dengan KEMPELANG bukan kerupuk. Jelas rasa dan kualitasnya berbeze.
BalasHapuslama-lama juga akan beradaptasi Do, awal2 saya di Semarang semua --ulangi-- semua makananan terasa manis termasuk yang di rumah makan Padang
iyee, rase dan kualitasnye berbeze mbak hahaha
HapusWah mas Do seru banget bacanya hahaha. Berhubung saya ada turunan keduanya yaitu Jawa dan Sumatera, tapi saya pun masih gak cocok makan makanan yang rasanya cenderung ada rasa manisnya. Mungkin kalo orang Sunda lebih bisa menyeimbangkan dengan masakan sumatera, soalnya ibu saya malah suka banget sama makanan Padang dan nurun ke anak-anaknya, gak ada yang suka tuh kalo rasa masakan kerasa manis😄 tapi tergantung daerah Jawanya dimana ya, kalo masakan orang Jawa timur kayaknya ada pedes2nya juga.
BalasHapusTerus soal nasi uduk, wah enak banget bisa dapet seharga 3rb, ditempat saya paling murah tuh 7rb, 5rb kalo polos aja gak pake apa-apa
iyaa, tempatku masih agak muraah harganya mbak hehee
Hapusculture shock dialami oleh semua orang, jika harus pindah ke daerah baru....
BalasHapusada yang betah, banyak juga yang kemudian balik ke tempat asal....
nice story, thank you for sharing
thank you, pak :D
HapusAku belum pernah si merasakan ini karena merantau masih dalam provinsi yang sama. Pernahnya waktu pergi umroh dan mengalami culture shock waktu di Madinah. Nggak ada makanan yang sesuai selera berujung cuma minum susu aja di sana.
BalasHapusNAmpaknya, kalau makanan arab rasanya dia sangat kuat akan rempah yaa mbk
HapusAhahaha... Emang gitu sih Mas, tiap daerah emang beda rasa kulinernya.
BalasHapusKalo kita di Sumatera emang rasa makanan itu biasanya lebih kuat, lebih nendang, asin dan gurih.
Sedangkan di Pulau Jawa rasanya lebih lembut, lebih manis.
Bahkan nggak usah beda pulau Mas, saya aja yang sekarang beda provinsi doang tapi masih satu pulau tetap ngerasain kalo kue yang di sini rasanya beda ama kue yang ada di kampung, padahal masih satu pulau.
Luh makan gula kali satu truck DO....Jadi pas makan kerupuk masih ada manis2nya..🤣🤣🤣🤣
BalasHapusDengar DO, Biasanya kalau orang sumatra yang baru merantau atau baru berada disatu Daerah hal yang wajar jika mereka Dalit soal makanan...Bahkan mungkin makanan khas daerahnya sendiri pasti dibilang nggak enak, Kurang Nendanglah....Yang ada paling ente yang ditendang DO...🤣🤣🤣🤣🤣
Lain tangan lain Raso DO...Dan Lain tempat meski sama2 masakan Padang tetap lain Raso jugo DO...🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
kalo nasi padang yang 10ribuan emang encer kali kuahnya, kek minum air putih berwarna saja (loh?! air putih kok berwarna, makin ekstrim makin seru, hahaha). Tapi kalo yang mahalan sikit, banyak kok yang enak, Do. Aku yang memiliki darah Sumatera, bisa lah bilang begini :D
BalasHapusDann, krupuk itu memang manis rasanya, makanya ku tak suke. Lebih nyaman makan emping atau kripik sekalian, biar asin dan micin :P
Memang kalo nasi Padang yang 10 ribu atau 15 ribu disini rasanya kurang nendang, aku juga yang bukan keturunan Minang tahu kok masakan yang enak.
BalasHapusPernah juga ke rumah makan Padang yang kelihatannya bagus, rasanya enak, beda jauh dengan yang 10 ribu, tapi begitu bayar shok karena sepiring 25ribu, berdua dengan teman 50 ribu.🤣
Halloo Kak Dodo! Semoga lancar ya puasanya, hehehe.
BalasHapusBetul loh Kak Dodo, aku orang Jawa asli juga sadar betul kalau masakan Jawa memang manis-manis. Bahkan waktu tinggal di kota yang dulu ada beberapa yang sengaja di tambah gula, padahal kalau di kota yang ku tinggali sekarang sangat jarang dikasih gula. Mungkin bakal di cap aneh kalau tau masaknya di tambah gula. Hahahah 🤣
Oh iya, itu benar tempe orek banyak ditemukan di Warteg. Tapi aku cukup suka sama makanan satu ini, apalagi kalau yang masak si ibu.
Semoga Kak Dodo lidahnya bisa beradaptasi ya dengan masakan di kota yang ditinggali Kakak sekarang. Atau, sering-sering masak sendiri aja kalau begitu Kak, supaya bisa dapet the real taste hahahah 🤣
Ps : kalau tidak ribet juga masaknya
boleh sahaja post gambar ketika pembaca membaca pada waktu malam...
BalasHapusIyaa. namanya cultural shock mas Dofo terkaget-kaget dengan rasa menu makanan di perantauan.
BalasHapusMerantau kerja nya di pulau Jawa ya mas Dodo?
Memang benar orang Jawa seleran makanannya manus-manis.. tapi masa sich kerupuk rasanya manus? Paling nggak rasanya seumbang antara manis dan asin. Kalau asin kebanyakan ntar bisa tensi dong? Hehehe..
Iya benar nasi padang di Jawa rasanya nggak mirip dengan nasi padang asli. Mungkin karwna sudah disesuaikan dengan rasa lidah Jawa.
Kalau begitu nyari menunya menu Jawa aja mas Dodo biar pas kayak gudeg..hehe. btw met mendapat pekerjaan baru di tempat yang baru semoga betah di perantauan. Selamat menunaikan ibadah puasa semoga lanvcar sampai akhir.
nasi uduk 13K? apa di dalamnya ada emas ke, mas? hahahaha
BalasHapusperkara krupuk aja jadi ramai..wkwkwk
BalasHapuskalau krupuk yang dipegang rasanya ya emang seperti itu sih mas. Cenderung manis. Beda dengan krupuk dari palembang :D
Aku beli nasi kuning di daerah bekasi sekitar 11ribu. Kayaknya nasi uduknya juga segitu. padahal di semarang nasi kuning ga sampai segitu harganya..wkwkwk
Kalau saya, biarpun banyak yang bilang makanan Padang itu enak, tapi bagi saya ga semuanya enak.
BalasHapusHanya ada beberapa tempat aja yang memang enak.
Terutama warung makan padang Sederhana *plak, hahaha.
Di dekat tempat tinggal saya, bejibun banget yang jual nasi padang, tapi yang sesuai selera kami cuman 1, dan ga mau masuk grab maupun go food pula, duh kudu beli di tempatnya deh hehehehe
Sebagai orang Sumatra, I feel you kok Do :D. Awal2 ke Jakarta, aku juga ngerasa makanan di sini ga seenak Medan dan Aceh. Jauuuuh lah. Sumatra makanannya kaya bumbu, pedas. Jakarta cendrung light :p. Bahkan nasi padangnya ga bisa disamain Ama nasi Padang di Sumatra apalagi di Padang asli hahahaha
BalasHapusAku kebanyakan ga doyan nasi Padang di JKT, Krn terlalu asin. Sementara pas aku coba di Padang sana, jauuh LBH enak. Bahkan nasi Padang di Medan LBH enak juga.
Dan soal kerupuk putih yg rasanya manis, memaaaaaaaang wkwkwkwkwk. Akhirnya ada yg mengerti hahahah. Makany aku ga suka beli kerupuk itu. Jgn samain Ama kerupuk Palembang do, bumi langit itu rasanya :p.
Kalo LG pengen kerupuk, aku pesen kerupuk Palembang dr tokped. Asli dr sana. ATO beli emping dr temenku di Jogja. Ga prnh mau beli kerupuk di JKT :p