Cerita Jualan
Malam itu, hampir pukul sepuluh. Aku sedang makan malam ketika ponselku bergetar. Gawai itu sengaja di-silent-kan. Ternyata, ada empat panggilan tak terjawab. Ketika dicek, rupa-rupanya berasal dari adik tingkat di kampus. Ia adalah seorang ukhti. Bertubuh mungil, berkacamata dan berhijab lebar. Hijabnya cukup syar’i, menjulur sampai ke bawah dada. Terlihat dari foto profil di WhatsApp-nya yang cukup menggemaskan.
Karena aku adalah seorang kakak tingkat yang baik – terlebih dengan adik tingkat perempuan – maka aku meneleponnya balik.
“Haloo, assalamu’alaykum! Ada apa, Nur?” Kataku dalam sambungan telepon.
“Wa’alaykumussalam, mas. Gini, ada proyek untuk sampeyan!” Kata si ukhti. Sebut saja namanya Nur.
Proyek apakah itu?
Sebenarnya simpel. Proyeknya berupa penyediaan snack box, berisi tiga kue dan satu aqu*a air mineral. Jumlah pesanannya sebanyak dua puluh lima kotak.
For your information, aku adalah seorang yang memiliki bisnis kuliner. Aku menjual kue-kue yang diletakkan di dalam kotak. Target pasarku kepada mahasiswa dan anak sekolah. Sebagaimana kita tahu, mereka pasti sering mengadakan berbagai macam acara. Sebut saja pengajian, seminar, pelatihan, lomba, rapat, kongres, dan sebagainya. Dan, sudah barang tentu, dalam acara tersebut kerap kali butuh snack untuk pesertanya.
Begitulah bisnisku semasa kuliah. Namanya NugrahaSnack.
Kembali ke ukhti yang bertubuh mungil. Bisnisnya, berfokus pada Palugada; Apa lu mau, gua ada. Nama brand dari bisnisnya adalah adogalo! Dalam Bahasa Palembang, ado galo berarti ada semua.
Nur mengatakan bahwa baru saja ada orang yang menghubunginya untuk memesan snack. Maka, Nur menghubungiku. Sejujurnya, aku cukup senang karena memang Nur sudah lama tidak menghubungiku. Chat terakhirku juga tidak dibalas olehnya, hanya di-read saja.
Eeeh, tunggu. Bukan gitu ceritanya.
Jadi, aku cukup senang karena sudah lama tidak ada pesanan untuk snack ini. Maklum saja, sampai hari ini, pandemi masih terjadi. Maka, acara-acara kampus dan sekolah dialihkan ke webinar. Acara daring, melalui Zoom Meeting atau Google Meet. Karena acaranya online dan pesertanya berada di rumah masing-masing, maka panitia tidak menyediakan snack kepada para peserta.
“Nanti sampeyan tinggal antar snack-nya ke Gedung X. Dan jangan lupa, seperti biasa, komisi buatku yaa mas. Tinggal transfer wae! Hehee.” Suara Nur terdengar di ujung telepon, sambil tertawa riang. Aku mengangguk pelan tanda mengiyakan.
***
Di esok hari, aku mendapati ponselku memiliki notifikasi. Dua panggilan tak terjawab dan empat pesan masuk. Semuanya dari Nur. Aku membaca pesan itu dengan saksama.
Mas, kata mereka ga jadi pesan snack buat besok.
Ga bisa gitu, dong. Kue-nya udah dibuat! :((
Aku membalas pesannya dengan singkat padat dan jelas.
Karena aku saat itu hendak dalam perjalanan pulang menuju rumah, aku menjadi tidak berkonsentrasi mengendarai sepeda motor. Pikiranku agak kalut, sumpah serapah hendak aku lontarkan, namun tidak jadi. Aku tetap mencoba berpikir positif. Kalau memang rezeki, yaa berarti rezeki. Kalo bukan yaa udah. Pasti masalah sepele ini akan ada jalan keluarnya.
Di atas motor, dalam perjalanan pulang ke rumah. Aku teringat dengan kisah yang terjadi sekira 14 abad yang lalu. Khalifah Umar ibn Khath-thab yang menjadi pemimpin Daulah Islam (negara Islam) bagi para kaum muslimin.
Eh, tunggu. Aku ga papa kan kalo pake istilah Khalifah. Nanti aku disangka anti ke-bhinneka-an. Wkkwkw.
Oke, lanjut.
Kisah ini terjadi di Kota Madinah. Saat itu, ada dua orang pemuda yang mendatangi Khalifah Umar, sambil membawa seseorang yang sedang terikat.
"Wahai Amirul Mukmin, pemuda ini telah membunuh ayah kami." Kata dua orang pemuda itu.
Sementara, orang yang terikat tangannya berkata, "Wahai Amirul Mukminin, dengarkanlah penjelasanku terlebih dahulu," pintanya.
"Tidak, hal itu tidaklah penting. Kamu beruntung kami tidak melakukan balas dendam padahal ayah kami telah engkau bunuh. Kami justru membawamu kepada Khalifah Umar," kata kedua pemuda itu dengan tensi yang panas, sepanas padang pasir di Arab.
Kondisi mulai tegang, Khalifah Umar segera menenangkan mereka yang saling beradu pendapat dan meminta mereka untuk tidak emosi dalam memberi penjelasan. Kemudian, pemuda yang terikat tangannya segera bercerita.
Ternyata, sebelum tiba di sini, ia sedang menaiki seekor unta untuk pergi ke satu tempat. Karena terlalu letih, pemuda yang terikat itu tertidur. Namun, ketika terbangun, ia mendapati untanya telah hilang.
Tak jauh dari lokasi dia tertidur, pemuda itu melihat untanya sedang asyik memakan tanaman di sebuah kebun, "Lalu aku berusaha menghalaunya, tetapi unta itu tidak juga berpindah dari tempat dia berhenti."
Tak lama kemudian, datanglah seseorang dan terus melempar batu ke arah untanya. Lemparan itu tepat ke arah kepala untanya. "Maka unta milikku seketika langsung mati." kata pemuda itu.
Pemuda itu mengakui, setelah melihat untanya mati akibat lemparan batu tersebut, ia marah dan kesal. "Lalu saya mengambil batu dan melempar batu tersebut ke arah orang yang melempari untaku itu." Tak disangka, batu itu mengenai kepalanya hingga lelaki itu jatuh tersungkur dan meninggal. "Sebenarnya, aku tidak berniat untuk membunuhnya," kata pemuda itu kepada Khalifah Umar.
Mendengar penjelasan sang pemuda, Khalifah Umar memutuskan bahwa ganjaran atas perbuatannya itu adalah qishas, alias hukuman mati. Pemuda itu ikhlas menerimanya.
"Wahai Amirul Mukminin, tegakkanlah hukum Allah, laksanakanlah qishas atasku. Aku ridho pada ketentuan Allah, tetapi izinkan aku menunaikan semua amanah yang tertanggung dulu."
Amanah itu mengenai adiknya. Sebelum meninggal, ayahnya telah mewariskan harta. "Dan aku menyimpannya di tempat yang tidak diketahui oleh adikku."
Maka, ia meminta Khalifah Umar berkenan memberi waktu selama tiga hari untuk pulang ke kampung agar ia bisa menyerahkan warisan dari orang tuanya kepada adiknya. Mendengar permintaan itu, Khalifah Umar tidak buru-buru mengabulkannya sebelum ada yang memberikan jaminan. "Siapakah yang akan menjadi penjaminmu?" tanya sang khalifah.
Pemuda itu tertunduk bingung siapa yang akan menjadi penjaminnya.
"Jadikanlah aku sebagai penjaminnya, wahai Amirul Mukminin!" Suara itu, seperti dikisahkan dalam buku 19 Kisah Sahabat Nabi, adalah suara Salman al-Farisi.
"Salman?!" hardik Khalifah Umar. "Demi Allah, engkau belum mengenalnya! Demi Allah, jangan main-main dengan urusan ini! Cabut kesediaanmu!" perintah Umar.
Tanpa mengurangi rasa hormat terhadap perintah Khalifah Umar, Salman berkata, "Pengenalanku padanya tak beda dengan pengenalanmu, wahai Khalifah Umar. Aku percaya kepadanya sebagaimana engkau memercayainya." kata Salman yang membuat orang-orang tertegun mendengar kata-kata bermakna itu.
Dengan berat hati, Umar melepas pemuda itu dan menerima penjaminan yang dilakukan oleh Salman. Sementara, dua pemuda yang ayahnya terbunuh itu harap-harap cemas.
Pada hari ketiga, Khalifah Umar dan seluruh penduduk menunggu pemuda tersebut. Hingga tengah hari, pemuda itu belum juga datang. Jika ia tidak datang, Salman al-Farisi yang akan menjadi pengganti untuk menerima hukuman mati.
Akhirnya, Salman al-Farisi dengan tenang melangkah ke tempat hukuman mati sebagai penerima jaminannya. Ketika Salman sudah berada di tempat akhir hukuman, tiba-tiba sesosok bayang-bayang berlari terseok, lalu bangkit dan nyaris merangkak. Pemuda itu dengan tubuh ambruk ke pangkuan Khalifah Umar.
"Maafkan aku hampir terlambat!" ujar pemuda itu. Pemuda itu langsung menggantikan posisi Salman. Ia berterima kasih kepada Salman telah bersedia menjadi penjaminnya meski ia belum dikenalnya sama sekali.
Umar protes atas keterlambatan pemuda itu.
Namun, sang pemuda berkata, "Urusanku memakan waktu. Aku memacu tungganganku tanpa henti hingga sekarat di gurun dan terpaksa kutinggalkan, lalu aku berlari ke sini.”
Sebelum melakukan hukuman, Khalifah Umar berkata. "Demi Allah, bukankah engkau bisa lari dari hukuman ini? Mengapa susah payah kembali?" kata Umar sambil menenangkan dan memberinya minum.
Setelah menerima pemberian dari Umar, pemuda itu berkata, "Supaya jangan sampai ada yang mengatakan di kalangan Muslimin tak ada lagi kesatria tepat janji," kata pemuda itu sambil tersenyum.
Khalifah Umar kemudian mendekati Salman yang tidak jauh dari pemuda yang akan dieksekusi mati itu. "Mengapa kau mau menjadi penjamin seseorang yang tak kau kenal sama sekali?"
Dengan tegas tetapi lembut menjawab pertanyaan Khalifah Umar, Salman berkata, "Agar jangan sampai dikatakan di kalangan Muslimin tak ada lagi saling percaya dan menanggung beban saudara," tuturnya.
Kedua lelaki yang ayahnya telah terbunuh lalu merasa terharu dengan sikap sang pemuda dan keberanian Salman. Mereka berkata, "Wahai Amirul Mukminin, kami mohon agar tuntutan kami dibatalkan. Kami telah memaafkan pemuda penepat janji ini."
Mendengar perkataan tersebut, Khalifah Umar bertanya, "Mengapa kalian berbuat seperti itu?" tanya Umar.
"Agar jangan ada yang merasa di kalangan kaum Muslimin tak ada lagi saling memaafkan dan kasih sayang," katanya.
"Wahai Salman, kamu sungguh berani, dan wahai pemuda, kamu adalah al-Wafi. Kamu berdua sangat mulia, lalu bersalamanlah dan kuatkan persaudaraan di antara kalian," kata Umar.
***
Apakah kisah di atas merupakan cerita fiksi atau dongeng?
Tentu saja tidak, kawan. Cerita tersebut benar-benar terjadi. Khalifah Umar dan Salman al-Farisi adalah tokoh yang benar-benar nyata, tercatat di dalam sejarah. Kisah tersebut mengajarkan kepada kita tentang satu hal, yang barangkali beranjak disepelekan dalam kehidupan sekarang, menepati janji.
Apa korelasinya dengan cerita aku berjualan snack? Tentu saja ada. Sebab, snack yang aku jual, bukanlah aku yang membuat sendiri. Aku membeli kue kepada ibu-ibu tetanggaku yang kebetulan memang berjualan di pasar. Kemudian kue-kue tersebut yang baru aku bungkus. Aku mengemasnya dalam kotak, yang akhirnya dengan begitu baru dijual.
Jadi, aku sudah janji pada mereka bahwa esok pagi, aku akan datang membeli kue mereka.
Mereka akan sangat kecewa apabila aku tidak datang. Jika aku tidak jadi membeli kue mereka. Biarin aku rugi, yang penting ibu-ibu itu tidak kecewa. Uang masih bisa dicari. Pantang sekali bagi mengecewakan orang lain dengan membatalkan janji. #Eaakk
Bagaimana ending ceritanya?
Nur kembali menghubungiku. Bilang kalo mereka batal untuk membatalkan pesanannya. (Nah, lho!)
Artinya, mereka tetap jadi memesan snack. Tidak jadi untuk tidak jadi memesan. Namun, pesannya sedikit berubah. Yang awalnya pesan tiga jenis, berubah menjadi dua jenis kue saja. Sejujurnya, aku tetap protes ke Nur. Satu jenis kue yang sudah dipesan mau diapakan, tidak mungkin dibatalkan.
Akhirnya, diambil kesimpulan yang win-win solution. Satu jenis kue yang tidak jadi dijual, diambil oleh Nur. Namun, komisi untuknya tidak aku bayarkan.
Tidak masalah rugi sedikit, namanya juga berjualan. Ada kalanya untung, ada kalanya rugi.
Tags:
Bisnis
53 komentar
i love it when u share and relate the story with khalifah umar :) it such refreshing and wake up call for me .
BalasHapusFor me when we do a promise its amanah for us to fulfill it :) . I did listen to ust Hanan Attaki talk saying that if thats our rezeki it will be for us , always berbaik sangka with Allah .
Semoga jualannya laris
Lhoo ini bule apa Bulepotan..🤣🤣🤣
HapusBule Malaysia kang, nampaknya.. :D
HapusWadauw Kacauwwww...
HapusYaa namanya usaha baik jualan kue atau membuka toko kue yaa memang ada pasang surutnya juga yaa Do..
BalasHapusEnak kuenya kayanya Do..Kue apa itu Do...Mirip Donat..Atau hanya gambar pemanis saja.😊
Kue beneran yg aku jual ituu :D
HapusKirain itu kue yang kamu jual..😊😊 Kirim2lah Do ke tempat ku..😊
HapusAku juga sering ngerasa ga enak gitu kalo sampe melupakan janji mas. Apalagi kalo itu menyangkut orang lain, kayak ceritamu di atas, yg melibatkan ibu2 pembuat kue. Buat kita harga kue segitu ga seberapa. Tapi buat mereka berarti banget. Kalo sampe dibatalkan, akupun bakal tetep beli kue2nya, dan mungkin aku sedekahkan aja. Tapi si pemberi pesanan ato pemesan bakal aku blacklist sih.
BalasHapusiyaa bener bangt. Kasihan sama ibu-ibu itu :(
HapusSudah beberapa kali baca kisah ini tapi tetap kagum kepada Salman Al farisi yang mau menjadi penjamin pemuda itu.
BalasHapusBtw, untung pesanannya tidak dibatalkan tapi dikurangi ya. Kalo sampai dibatalkan mas Dodo siap siap nombok ya
Memang kereen om Salman al Farisi.. 😀😎
HapusNiat baik selalu berujung baik, Kak Dodo :D
BalasHapusBetapa mulia hati Kak Dodo dan akhirnya rezeki Kakak dikembalikan.
Kak Dodo, ceritanya indah sekali 😍. Baru pertama aku dengar kisah yang Kakak tulis di sini dan hatiku senang sekali membacanya 😁
Waaaah, jd kalo baca tulisanku yg sebelumnya, gimana perasaannya? Tidak senang, kah? 😅
HapusKalau baca tulisan sebelumnya suka kesal karena suka plot twist atau cuma mimpi WKKWKWK #becanda
HapusIyahh jualan emnk harus siap dalam segala hal sih.. kita yg istilahnya masih penjual baru kadang agak susah juga ya kalau tiba2 pembeli ngasih keputusan sepihak..
BalasHapusKaya aku yg bulan november ini mulai jualan wall decor online. Awal2 jualan selang 3 hari barang2 di posting, ada orang mesen 4 produk.. Aku bikinkan saja karena pesanan emnk made by order.. udh aku print, eh orangnya minta dibatalin.... Yaudah saya mah bisa apa.
Bener banget.. Kalo ada yg memutuskan sepihak, merugikan pedagang nih
HapusYang namanya jualan pasti ada untung rugi ya mas, Dodo. Tapi kalau niatnya untuk bantu ibu-ibu penjual dan bantu teman, kemungkinan besar akan dilancarkan meski ada kerikilnya sedikit hehehehe. Semoga next time, ketika ada orderan lagi, kerugian yang sekarang bisa terganti 😆 By the way salut sama mas Dodo, masih muda tapi sudah mau bekerja cari uang tambahan dari berdagang snack 😍
BalasHapusLaris manis, mas ~ 😁
Makaasih mbaak 😀😍
HapusSemoga Nugraha Snack makin lancar ya mas.
BalasHapusAku jadi teringat sama obrolan temen kapan hari, dia juga jualan kue gitu mas, pembuatannya sesuai pesanan. Pernah beberapa kali dia harus berhadapan dengan pelanggan yang sama kayak yang Mas Dodo alami. Pesan, udah dibuatin, tapi g diambil. Jadi merugi.
Karena memang ini bisnis dan nggak bisa gini terus, dia memasang aturan baru. Jadi kalau mau pesen kue harus DP dulu 50%. Jadi setidaknya kalau calon pelanggan nggak jadi, dia g rugi-rugi banget. Mungkin Mas Dodo bisa melakukan hal serupa, apalagi sekalian bantuin tetangga.
Bener jugaa yaa, btw makasih atas sarannya mba pipit 😀🙏
HapusSemangat jalankan usaha ya, mas.
BalasHapusSemoga banyak kemudahan dan berkah.
Kita semua jangan sampai jadi orang yang membatalkan sepihak begitu.
Tidak baik membuat orang jafi sakit hati.
Ada baiknya lain kali kalau ada yang order, wajib menyerahkan DP atau uang muka saja untuk menekan beaya kerugian,mas.
terimakasih sarannya kang..
HapusSejujurnya, aku cukup senang karena memang Nur sudah lama tidak menghubungiku. Chat terakhirku juga tidak dibalas olehnya, hanya di-read saja.
BalasHapuspesanan apa pesanan nih wkwkwk
awkwkokwk
HapusKalau adek tingkat, masih tergolong your girlfriend gak, Do? Hehehe. Ngakak banget baca yang kamu chat tapi cuma diread doang sama si Nur. Wah, si Nur gak ada rasa hormat sama senior nih, berarti. Harus diospek lagi dia.🙈😂😂😂
BalasHapusNgomong-ngomong sukses terus ya, Doooo. Semoga usaha kamu lancar. Kalau usaha kamu lancar, usaha palugada si Nur sama ibu-ibu tetangga kamu jadi ikut makin lancar. Aamiin.🙏
nah iya bener mba, parah si di read doang
Hapussetidaknya bales pake :) atau 'ya' aja cukup itu wkwkwk
Gimana kalo balesnya pakai P.
HapusBejualan itu mulia, selain mengharapkan untung, juga bisa membantu calon pembeli yang memang membutuhkan, kalau kita bisa ikhlas, apalagi sambil beramal, Insya Allah jualannya akan laris manis ya mas...
BalasHapussiapp. terimaakasih kang maman
HapusSemoga rezekinya dilancarkan ya Mas. Tetap semangat, namanya juga usaha, tak selalu untung, bisa juga rugi.
BalasHapusBtw, makasih buat kisah khalifah Umarnya, banyak hikmah yang bisa diambil dari kisah tersebut.
Alhamdulillah kalau ada hikmah yg bisa diambil :)
HapusSemoga lancar rejekinya dan sehat selalu... hasil usaha jangan lupa sisihkan buat yang sedekah...
BalasHapusterimakasih atas nasihatnya mas Adi
Hapusresiko orang jualan ya gitu mas, ada untung dan ruginya, dan menurut gw itu udah baik dengan membagi kue nya :D
BalasHapuscerita tentang khalifah juga sangat menginspirasi bagi kita bukan cuma bagi yang muslim, tapi bagi kita semua :D
hehehe, mantepp emang Khalifah Umar
HapusBy The Way alias BTW, saya doakan semoga usahanya laris manis ya Masbro..
BalasHapusbtw atau bisa disebut juga by the way, saya juga turut mendoakan semoga sukses terus jualannya dan laris manis kangbro
HapusEank2 semua tuh isi 5 atau 6 kue yach? Donat aku suka, itu ada kue pisang juga. Pisang goreng camilan favorit. POkoknya enak semua. Semngat terus jualannya, Mas Dodo. Coba deket, aku juga kepengen mesen hehehe :D
BalasHapushahaha, bisa dikirim vua JNE kali yaa mbak :D
HapusGambarnya berisi lima jenis jajanan yang sangat mantaap bikin kenyang. *** Kisahnya daleeeeeeem. Inspiratif dan nepuk bahu supaya selalu ingat to be a better moslem. ***Tapi aku gak setuju kamu pakai suuzon soal penggunaan khalifah. Hmm. Gak gitu juga kok sebenarnya. Okay? *** BTW aku kepo, mengapa si pemesan itu kok galau banget, maju mundur. Hihihi ...***
BalasHapusPertama, soal khilafah itu becanda doang kok mbaak hahaa
HapusTerus, kenapa bisa maju mundur? ntah lah, mau maju mundur cantik kali yaa haha
wah mampir ke sini jadi nambah pengetahuan cerita kekhalifahan...jadi terasa nyes dan adem di hati #eaaa
BalasHapusbtw alhamdulilah jadi win win ya dan dengan nur tidak ada slek walaupun sempat bersitegang di wa...
tapi kuenya kelihatan menggiurkan banget
Jadi ingat waktu SMA, jualan cemplon dititipkan ke ibu-ibu kantin. Sekali jualan nggak ada yang beli. Pas pulang diborong semua oleh salah satu guru kami. Besoknya nggak jualan lagi. Hahaha. The best buat yang tetep semangat jualan walau kadang rugi.
BalasHapusSempat kasihan liat ente pas main ke rumah aku. Lagi nungguin orderan benerin laptop, tapi muka murung, otak kusut mumet akibat Mbak Nur yang membatalkan pesanannya wkwk.
BalasHapusSempat khawatir ketika ente mau pulang, mengingat jarak rumah kita cukup jauh, alias dari ujung ke ujung Kota Palembang wkwkwk
Tapi untunglaah sudah menemukan solusi menang-menang :P
Semoga ada hikmahnya dari kejadian ini. Mungkin dari kejadian ini, Allah mengetuk hati para penghutang pulsa sehingga mereka berbondong-bondong melunasi hutang pulsa wkwkwk
Jadi kita harus berusaha pisitive thinking & positive feeling ya selama hasil akhirnya belum fix
BalasHapusKok aku ngakak ya part yang gagal fokeus macam "tidak di balas, di read aja".
BalasHapusTapi keren juga usahanya kak. Bisa nge branding jualan tetangga jadi usaha sendiri. Bisa dicontoh ini hehe.
Thank you juga untuk kisah khalifahnya. Sip
Nais story kak.
BalasHapusKereen.
Terlebih tentang pesan untuk menepati janji. Jadi pengingat yang baik untuk aku.
Alhamdulillah, seenggaknya gak rugi-rugi banget lah. Daripada batal sama sekali. Kan berabeh.
BalasHapusIya memang kalau jualan harus siap unyung rugi ya?
BalasHapusTapi tetap nggak benar kalau ada yang membatalkan sepihak seenaknya saja namanya itu.
Untu glah ada win-win solution nya . Snack tetap dipesan ke ibu2 tetangga dan si Nur nggak dapat pembagian keuntungan hanya dapat kuenya saja. Nur juga termasuk salah juga yg membatalkan pesanan tiba-tiba.
Lainkali jangan langsung terima sebelum merka memberi uang muka buat tanda jadi.
Semoga usaha snack box nya mas Dodo semKin sukses ke depannya.
Kisahnya Salman al-Farisi itu menginspirasikan mas.. makasih perkongsian kisahnya!
BalasHapusSemoga usaha Nugraha Snack makin maju yang mas! Yang penting selalu positif, punya niat yang baik dan ikhlas. Pasti akan dipermudahkan usahanya...
Part mesej Nur "tidak dibalas, di-read aja" ini seperti ada kisah disebaliknya...
gini ini ya dukanya kalau dapet client yang plin plan, alias belum fix dengan rencananya , kasih kue enggak-kasih enggak. Ya penjual kayak mas dodo juga yang bingung nantinya
BalasHapuskalau aku jadi mas Dodo, pastinya aku akan sungkan juga ke ibu-ibu itu, karena jumlahnya juga ngga sedikit.
seperti yang temen temen bilang di atas, bisnis ada untung rugi ya, demi performa bisnis yang baik sesekali "ambil" rugi dikit nggak papa
tetep berpikir positif juga. semangat pokoke
gini ini ya dukanya kalau dapet client yang plin plan, alias belum fix dengan rencananya , kasih kue enggak-kasih enggak. Ya penjual kayak mas dodo juga yang bingung nantinya
BalasHapuskalau aku jadi mas Dodo, pastinya aku akan sungkan juga ke ibu-ibu itu, karena jumlahnya juga ngga sedikit.
seperti yang temen temen bilang di atas, bisnis ada untung rugi ya, demi performa bisnis yang baik sesekali "ambil" rugi dikit nggak papa
tetep berpikir positif juga. semangat pokoke
wah menarik banget cerita ini....lebih-lebih lagi tentang bisnes
BalasHapus