Lebarannya Orang Ansos
Well, aku membuat judul untuk tulisan ini sudah sejak 1 Syawal kemarin.
Namun baru sempat terpublikasikan setelah enam hari berlalu.
Maklum, aku orangnya (sok) sibuk!
Ehehe..
***
Lebaran tahun ini berbeza dari tahun sebelumnya. Hal ini tersebab pandemi virus corona yang belum usai lagi. Shalat 'id di masjid, langgar, surau, mushalla, atau apapun namanya ditiadakan. Kita masih tidak diperkenankan untuk mengadakan kerumunan dalam ramai. Shalat 'id direkomendasikan oleh majelis ulama dilaksanakan di rumah masing-masing bersama keluarga.
Kasihan para jomlo yang tidak bisa shalat 'id bersama keluarga. Mereka shalat 'id sendiri.
Ada kebiasaan baik pada momen lebaran yang terus dilestarikan bertahun-tahun di kampungku.
Eh, tunggu. Aku tinggal di kota. Bukan di kampung. Awkkwokwokwk.
Aku tidak pasti kapan mulainya kebiasaan ini. Yang jelas, sejak aku masih kanak-kanak, kebiasaan ini telah ada. Orang Palembang menyebutnya dengan sanjo lebaran. Pada hakikatnya, sanjo adalah kegiatan berkunjung atau silaturahmi. Yaps. Sesederhana itu, kawan!
Sanjo lebaran di sini, biasanya dilakukan khusus oleh jama'ah langgar selepas shalat 'id. Mereka tidak akan langsung pulang ke rumah masing-masing.
Para jama'ah yang berbentuk bapak-bapak masih akan berkumpul di langgar seusai shalat 'id untuk kemudian mengunjungi rumah satu-satu.
Dimulai dari rumah paling dekat dengan langgar. Lanjut ke rumah sebelahnya, kemudian seterusnya lagi. Sampai habis. Seluruh jama'ah yang ikut akan didatangi rumahnya.
Baca juga :
21 Mei, Peristiwa Besar
Biasanya, kegiatan ini baru usai sekira pukul setengah sebelas. Setelah itu, baru para jama'ah bisa punya kegiatan sanjo masing-masing ke sanak saudara.
Jadi, di kampung kami, aku jarang melakukan silaturahmi lebaran ke tetangga secara pribadi. Karena, telah diwakili oleh silaturahmi jama'ah sejak pagi.
Yakali, mau sanjo dua kali. Hahaha...
Yaa, aku ikut kegiatan sanjo bersama jama'ah. Did you know?
Mereka semua adalah bapak-bapak. Sejujurnya, aku tidak terlalu nyaman ikut kegiatan seperti itu. Kenapa?
Pertama, aku satu-satunya bujangan yang ikut di sana. Sisanya adalah bapak-bapak yang telah berkembang biak dan memiliki anak. Bahkan, anak-anak mereka telah punya anak lagi. You know lah. Bagiamana jokes mereka yang kadang retjeh. Hahaha.
Eh, bukan itu masalahnya. Alasannya adalah aku kurang nyaman saja, tidak ada teman yang bisa diajak ngobrol.
Kedua, sejujurnya aku lebih nyaman berada di rumah saja. Tidak bertemu siapa-siapa. Juga tidak mau berinteraksi kepada siapapun.
Kata orang, sih. Makhluk sejenis ini disebut introvert. Tapi, menurutku tidak juga. Hal ini bisa disebut Ansos. Apa pula itu? Apakah sama dengan Bansos ataupun Pansos?
Ansos adalah singkatan dari anti sosial. Sedangkan Bansos, diksi ini sering kita dengar di televisi kerana sedang ada musibah pandemi ini; Bantuan sosial. Jikalau Pansos? Aku rasa, banyak kawula muda yang tahu akan hal ini; Panjat sosial.
Bapakku sepertinya melihat gejala Ansos pada diriku.
Maka beliau 'memaksa' aku untuk ikut. Sejauh ini, cukup banyak manfaat yang aku dapat. Aku bisa bersilaturahmi dengan tetangga. Lebih mengenal mereka, dan sebagainya.
Fyi, aku banyak tidak kenal, tidak tahu dengan tetanggaku.
Begini ceritanya.
Suatu saat, aku sedang shalat Maghrib di suatu masjid yang agak jauh dari rumah. Masjid itu milik ormas yang didirikan oleh Mbah Kyai Ahmad Dahlan. Aku yakin kamu tahu ormas apa itu.
Setelah berdzikir ringan, ada seorang bapak-bapak yang mengajak ngobrol. Kira-kira begini percakapan aku dan beliau.
Bapak-bapak yang mengajak ngobrol (B) : Tinggal dimana, mas?
Aku (A) : Eh, tinggal di Gang xxx pak.B : Waah, berarti bertengga dong sama Pak Fulan?
A : Pak Fulan itu siapa pak?
B : Lha, itu yang menjadi imam shalat tadi.
A : Tidak kenal, pak.
B : Beliau itu pekerjaannya penjahit.
Hening sejenak. Aku mengingat-ingat, siapa tetanggaku yang penjahit. Memang ada, tapi aku tidak kenal. Aku tidak tahu juga siapa namanya.
A : Aku tidak tahu, pak. Mungkin orangtuaku tahu. Hehehe..
B : Kamu bener tinggal di Gang xxx?
A : Iya, benar pak.
B : Kamu baru tinggal di sana atau sudah lama?
A : Sudah lama, pak. Sejak kecil.
*hening*
By the way. Ada lagi yang lebih sedih. Aku juga banyak tidak tahu atau tidak mengenal dengan keluarga jauh (bisa berarti sepupu dari orangtuaku).
Dialog ini terjadi beberapa hari yang lalu antara Mamak (M) dan aku (A). Kira-kira seperti ini.
M : Nak, Bibi Fulan yang di gang zzz meninggal.
A : Orangnya yang mana?
M : Masak tidak tahu. Itu kan setiap lebaran sanjo ke sini.
A : Tidak tahu.
M : Lha, bukannya setiap lebaran bibi itu selalu ngobrol denganmu?
A : Yang ajak ngobrol tiap lebaran banyak. Tidak hanya bibi itu saja.
*kembali hening*
Oke, back to topic.
Bagaimana untuk tahun ini?
Jawabannya mudah ditebak. Tidak ada silaturahmi alias sanjo.
Lebaran seperti inilah yang (mungkin) diharapkan oleh para kaum ansos. Sunyi sepi, tidak ada keramaian.
Selepas shalat 'id di rumah, tidak ada yang spesial. Aku hanya mengabadikan momen seusai shalat dengan foto bersama keluarga.
Kemudian, aku kembali melakukan aktivitas seperti biasa; Bermain gawai dan... tidur siang.
Mungkin ini adalah lebaran pertama aku bisa tidur siang di ruang tamu, tidak biasa.
Yang lebih tidak biasa adalah, aku tidur siang di ruang tamu di rumah Mbahku. Hahaa!
(biasanya setiap Lebaran orang ramai berkunjung ke rumah Mbah)
Untuk kamu yang memiliki sifat sepertiku. Ansos atau introvert atau apatis atau apalah namanya. Tidak usah bangga. Baiknya, kita coba lebih terbuka kepada orang. Mulai berinteraksi. Mulai peduli kepada sesama, apalagi tetangga. Siapa tahu, di sebalik silaturahmi singkat. Akan ada rezeki di sana, yang tak diduga-duga.
Lagi-lagi, sungguh. Tidak enak menjadi Ansos. Walaupun, untuk memulai interaksi dengan orang. Sulitnya bukan main.
Semoga dengan tulisan ini, kamu semua bisa sedikit memahami. Sungguh, sekali lagi. Bagi kami sulit untuk memulai interaksi dengan orang lain.
Harap maklum, semoga bisa menjadi lebih baik. Hehehe.
Mohon Maaf Lahir dan Batin.
Selamat merayakan Hari Raya Idul Fitri 1441 H
Tags:
Cerita
6 komentar
Mohon maaf lahir batin kak.. 😊
BalasHapusLebaran tahun ini berbeda tapi jadi membuat bersyukur,ternyata lebaran tahun tahun sebelumnya penuh suka cita. Semoga pandemi ini segera berakhir dan lebaran tahun depan bisa ada sanjo lagi ya Kak :)
BalasHapusMohon maaf lahir batin.
Terima kasih udah mampir mbak hehee
Hapuskebiasaan yang bagus di kampung eh kotanya, ya. semoga lebaran tahun depan bisa dipraktikkan lagi.
BalasHapusSaya jomlo tapi salat ied bareng keluarga kok wkwk
BalasHapusGils adekmu mirip nian do ck kau skrg.. Badannya pun jugo 🙈
BalasHapus