03. Cilegon
Kisah berlanjut mengenai perjalanan menuju Cilegon, Banten.
Kami
berangkat dari Bandara Halim Perdanakusumah menuju Cilegon menggunakan bus. Bus telah disewa dari pihak travel. Jadi, perjalanan kami selama di Pulau Jawa akan menggunakan bus tersebut. Dari Bandara, kami berangkat
sekira pukul sepuluh pagi.
Tidak ada yang menarik, sampai akhirnya kami tiba di suatu Rumah Makan Padang di Provinsi Banten.
Aku berbincang dengan seorang teman yang berasal dari Sumatera Barat. Azmin namanya. Aku menanyakan tentang isu yang aku dapat dari salah satu novel yang ku baca.
"Min, kato uong kalu semakin jauh rumah makan Padang dari asalnyo, rasanyo semakin dak enak. Bener dak?"
Azmin menjawab, "Idak jugo! Kalo Rumah Makan Sederhana, nak dimano bae tetap enak tu lah."
Responku, "Laah, bener jugoo. Haha!"
Di rumah makan itu, kami sekalian sholat Zhuhur. Awalnya, aku mau sekalian sholat Ashar. Di-jama' dan di-qoshor. Namun karena yang aku lihat tidak ada teman yang melakukannya, aku urungkan niat itu. Biarlah, nanti di Cilegon saja sholat Asharnya. Wkkwk.
Akhirnya, kami sampai di Cilegon sekitar setengah dua siang. Di Cilegon, kami mengunjungi PLTU Suralaya.
PLTU Suralaya dikelola oleh PT. Indonesia Power; Anak perusahaan dari PLN. PLTU ini memiliki 7 unit pembangkit dengan total kapasitas 3.400 MW. Pembangkit ini meng-handle pasokan listrik separuh Pulau Jawa. Jika ada masalah di pembangkit ini, Istana bisa ketar-ketir!
Kami mulai memasukki gerbang, di pos jaga ada polisi dan tentara. Maklum, objek vital nasional. Kegiatan diawali dengan masuk ke ruangan Pertemuan, kemudian acara formal, kata sambutan dari pihak PLTU Suralaya dan kata sambutan dari Teknik Elektro Unsri.
Dalam sambutannya, pihak PLTU Suralaya mengatakan bahwa pembangkit ini telah melakukan tiga kali pembangunan.
Tidak ada yang menarik, sampai akhirnya kami tiba di suatu Rumah Makan Padang di Provinsi Banten.
Aku berbincang dengan seorang teman yang berasal dari Sumatera Barat. Azmin namanya. Aku menanyakan tentang isu yang aku dapat dari salah satu novel yang ku baca.
"Min, kato uong kalu semakin jauh rumah makan Padang dari asalnyo, rasanyo semakin dak enak. Bener dak?"
Azmin menjawab, "Idak jugo! Kalo Rumah Makan Sederhana, nak dimano bae tetap enak tu lah."
Responku, "Laah, bener jugoo. Haha!"
Makan siang di salah satu Rumah Makan Padang di Provinsi Banten |
Di rumah makan itu, kami sekalian sholat Zhuhur. Awalnya, aku mau sekalian sholat Ashar. Di-jama' dan di-qoshor. Namun karena yang aku lihat tidak ada teman yang melakukannya, aku urungkan niat itu. Biarlah, nanti di Cilegon saja sholat Asharnya. Wkkwk.
Akhirnya, kami sampai di Cilegon sekitar setengah dua siang. Di Cilegon, kami mengunjungi PLTU Suralaya.
PLTU Suralaya dikelola oleh PT. Indonesia Power; Anak perusahaan dari PLN. PLTU ini memiliki 7 unit pembangkit dengan total kapasitas 3.400 MW. Pembangkit ini meng-handle pasokan listrik separuh Pulau Jawa. Jika ada masalah di pembangkit ini, Istana bisa ketar-ketir!
Lokasi PLTU Suralaya dalam Google Maps |
Di depan gedung Indonesia Power |
Dalam sambutannya, pihak PLTU Suralaya mengatakan bahwa pembangkit ini telah melakukan tiga kali pembangunan.
Tahap I (2×400 MW). Dibangun pada Mei 1980 hingga Juni 1985. Untuk Unit 1
beroperasi pada tanggal 4 April 1984 dan Unit
2 beroperasi pada tanggal 26 Maret 1985.
Tahap II (2×400 MW). Dibangun pada Juni 1985 hinga Desember 1989. Untuk Unit 3 beroperasi pada tanggal 6 Februari 1989 dan Unit 4 beroperasi pada tanggal 6 November 1989.
Tahap II (2×400 MW). Dibangun pada Juni 1985 hinga Desember 1989. Untuk Unit 3 beroperasi pada tanggal 6 Februari 1989 dan Unit 4 beroperasi pada tanggal 6 November 1989.
Tahap III (3×600 MW). Dibangun pada Januari 1993. Untuk Unit 5
beroperasi pada bulan Oktober 1996, Unit 6 beroperasi pada bulan April 1997,
dan Unit 7 beroperasi pada bulan Oktober 1997.
Saat hendak masuk ke ruangan dalam kunjungan di PLTU Suralaya |
"Saya mengalami sendiri apa yang tadi bapak katakan. Tahun 1993, Teknik Elektro Unsri angkatan kami melakukan KKL ke sini juga. Saya melihat betul ketika PLTU ini tengah melakukan pembangunan tahap 3. Saya ke sini lagi, serasa nostalgia."
Penyerahan cinderamata dari Jurusan Teknik Elektro Unsri ke pihak PLTU Suralaya |
Pembangkit ini terletak di pinggir laut. Di ujung Pulau Jawa, dekat Selat Sunda. Di sinilah, momen pertama kali aku melihat laut.
Bukan laut seperti di Palembang, yang sebenarnya adalah Sungai. Entahlah, aku juga bingung. Kenapa orang Palembang menyebut sungai sebagai laut.
"Mang, nak ke mano?"
"Nak ke Laut, nyari iwak!"
Ketika dicek, ternyata dia ke Sungai Musi.
Tetap fokus mendengarkan penjelasan pihak PLTU Suralaya walau tak dapat kursi |
Suasana ruangan dari belakang |
Bus yang ditumpangi selama perjalanan KKL di Pulau Jawa, kali ini bus mengantarkan untuk keliling area PLTU Suralaya |
Kembali ke topik.
Setelah pihak PLTU Suralaya memberikan penjelasan tentang sistem pembangkitannya, tibalah saatnya untuk mengambil momen foto. Di bawah ini adalah beberapa momen yang berhasil ditangkap oleh kamera. Beberapa foto ada yang ku ambil menggunakan kamera ponsel. Ada juga dari ponsel orang lain. Dan ada juga dari kamera DSLR punya teman.
Wefie bersama teman. Kiri ke kanan: Rhedo, Aku, Royhan, Iqbal |
Bersama para laki-laki kelas A Teknik Elektro Unsri 2015 |
Mau foto sendirian, ada saja yang mengganggu di belakang wkwkwk |
Laut di PLTU Suralaya adalah laut yang asli; Laut biru.
Sebiru centang WhatsApp dari dirimu!
#Eaaa :((
PLTU Suralaya dan laut biru nya |
Tags:
KKL
Perjalanan
1 komentar
Ceritanya keren! Jadi tau sedikit tentang PLTU Suralaya...
BalasHapusTrus juga tau ternyata wong Palembang bilang sungai musi itu laut 🤣
Btw, rm padang itu promosi apo? 😂